Sering kita melihat orang tua yang mengeluh karena anaknya susah
diatur dan tidak bisa diam dan duduk tenang. Biasanya orang tua ingin
anaknya dapat duduk manis dengan tenang dan tidak banyak bertingkah,
terlebih pada saat bertamu, atau di tempat umum.
Kita pun memahami bahwa sebagai orang tua, tidak ingin anaknya
membuat masalah seperti memecahkan vas bunga milik orang lain pada saat
bertamu. Dapat dibayangkan malu rasanya jika anak merusakkan benda milik
orang lain. Betapa repotnya kita jika mengalami kejadian semacam itu.
Namun apakah kita sebagai orang tua mengerti apa yang sedang dipikirkan anak anda saat mulai sibuk dan banyak tingkah? Apa yang dirasakannya saat dia menyadari bahwa ia telah merusakkan benda milik orang lain?
Namun apakah kita sebagai orang tua mengerti apa yang sedang dipikirkan anak anda saat mulai sibuk dan banyak tingkah? Apa yang dirasakannya saat dia menyadari bahwa ia telah merusakkan benda milik orang lain?
Kita bahas lebih dahulu apa yang dipikirkannya saat mulai bandel.
Sebagai seorang anak, jika ia dilahirkan dengan kecerdasan tinggi,
biasanya setiap anak yang lahir normal sangatlah cerdas, pada saat ia
melihat tempat baru dengan berbagai hal yang baru, ia mendapatkan
berbagai ide baru. Ide-ide ini membanjiri pikirannya dan mendorongnya
untuk segera mencoba dan mempelajari berbagai hal baru yang tampaknya
mengasyikkan.
Ia akan melakukan beberapa percobaan seperti: mengamati; apakah
situasi keamanannya baik untuk dia bermain? menguji hasil pengamatan;
apakah betul-betul aman sesuai dengan kesimpulan pengamatan sebelumnya
dengan cara mulai mendekati objek yang baru dikenalnya. Setelah yakin
aman, ia akan mulai membiasakan diri dengan cara melakukan pengamatan
dari objek baru tadi. Anak akan mencoba menyentuh, bicara, memanggil,
teriak, berjalan atau berlari, bahkan teknik-teknik unik yang baru
dikuasainya untuk mendapatkan kesimpulan baru. Semua hal tersebut
dilakukan secara sistematis sama persis dengan yang dilakukan para
peneliti di laboratorium, dan hebatnya anak-anak sudah mengetahui metode
penelitiannya. Hasrat serta rasa penasarannyalah yang mendorong dia
untuk melakukan penelitian dalam bentuk persiapan permainan.
Adalah wajar jika dalam proses penelitian mereka akan menemukan
kesalahan. Secara alami anak akan menangis saat melakukan kesalahan.
Misalnya memecahkan vas bunga kristal milik ibunya. Perlu kita ketahui,
baik anak maupun orang dewasa saat menemui masalah karena berbuat salah
akan berusaha mencari dukungan dengan cara meminta pertolongan. Jika
kita yang menemui masalah, kita akan meminta nasehat ke orang yang kita
kenal atau siapa saja yang ada. Tetapi anak kecil meminta tolong dengan
cara yang berbeda.
Anak kecil akan menangis. Dia belum bisa bercerita bahwa dia
melakukan kesalahan dan butuh pertolongan, jadi dia menangis. Saat
menangis dia berharap orang tuanya akan datang menenangkan dirinya lalu
memberitahu dia apa yang harus dia lakukan. Bagaimana perasaannya saat
mengetahui bukan dukungan yang ia dapat tetapi bentakan karena ia ingin
tahu sesuatu. Tentu saja ia kecewa.
Jika kekecewaan ini semakin banyak, ia akan berhenti penasaran
selamanya. Ia akan berpikir berkali-kali untuk meminta tolong pada orang
tuanya, dia akan sangat benci kesalahan. Maka hilang satu lagi anak
cerdas di muka bumi ini.
Jadi sadarkah kita jika anak kita sangat cerdas dengan rasa ingin tahunya?
Sumber : prodigy school