1.Ketua Forum Redam Korupsi (FORK) – Cabang Lampung
2.
Ketua Forum Pembelaan Ibu dan Anak– Cabang Lampung
3.Koordinator Konsultasi Hukum bagi Rakyat-Cabang Lampung

Selasa, 24 September 2013

Salahkah anak jika bandel?

Sering kita melihat orang tua yang mengeluh karena anaknya susah diatur dan tidak bisa diam dan duduk tenang. Biasanya orang tua ingin anaknya dapat duduk manis dengan tenang dan tidak banyak bertingkah, terlebih pada saat bertamu, atau di tempat umum.
Kita pun memahami bahwa sebagai orang tua, tidak ingin anaknya membuat masalah seperti memecahkan vas bunga milik orang lain pada saat bertamu. Dapat dibayangkan malu rasanya jika anak merusakkan benda milik orang lain. Betapa repotnya kita jika mengalami kejadian semacam itu.
Namun apakah kita sebagai orang tua mengerti apa yang sedang dipikirkan anak anda saat mulai sibuk dan banyak tingkah? Apa yang dirasakannya saat dia menyadari bahwa ia telah merusakkan benda milik orang lain?
Kita bahas lebih dahulu apa yang dipikirkannya saat mulai bandel. Sebagai seorang anak, jika ia dilahirkan dengan kecerdasan tinggi, biasanya setiap anak yang lahir normal sangatlah cerdas, pada saat ia melihat tempat baru dengan berbagai hal yang baru, ia mendapatkan berbagai ide baru. Ide-ide ini membanjiri pikirannya dan mendorongnya untuk segera mencoba dan mempelajari berbagai hal baru yang tampaknya mengasyikkan.
Ia akan melakukan beberapa percobaan seperti: mengamati; apakah situasi keamanannya baik untuk dia bermain? menguji hasil pengamatan; apakah betul-betul aman sesuai dengan kesimpulan pengamatan sebelumnya dengan cara mulai mendekati objek yang baru dikenalnya. Setelah yakin aman, ia akan mulai membiasakan diri dengan cara melakukan pengamatan dari objek baru tadi. Anak akan mencoba menyentuh, bicara, memanggil, teriak, berjalan atau berlari, bahkan teknik-teknik unik yang baru dikuasainya untuk mendapatkan kesimpulan baru. Semua hal tersebut dilakukan secara sistematis sama persis dengan yang dilakukan para peneliti di laboratorium, dan hebatnya anak-anak sudah mengetahui metode penelitiannya. Hasrat serta rasa penasarannyalah yang mendorong dia untuk melakukan penelitian dalam bentuk persiapan permainan.
Adalah wajar jika dalam proses penelitian mereka akan menemukan kesalahan. Secara alami anak akan menangis saat melakukan kesalahan. Misalnya memecahkan vas bunga kristal milik ibunya. Perlu kita ketahui, baik anak maupun orang dewasa saat menemui masalah karena berbuat salah akan berusaha mencari dukungan dengan cara meminta pertolongan. Jika kita yang menemui masalah, kita akan meminta nasehat ke orang yang kita kenal atau siapa saja yang ada. Tetapi anak kecil meminta tolong dengan cara yang berbeda.
Anak kecil akan menangis. Dia belum bisa bercerita bahwa dia melakukan kesalahan dan butuh pertolongan, jadi dia menangis. Saat menangis dia berharap orang tuanya akan datang menenangkan dirinya lalu memberitahu dia apa yang harus dia lakukan. Bagaimana perasaannya saat mengetahui bukan dukungan yang ia dapat tetapi bentakan karena ia ingin tahu sesuatu. Tentu saja ia kecewa.
Jika kekecewaan ini semakin banyak, ia akan berhenti penasaran selamanya. Ia akan berpikir berkali-kali untuk meminta tolong pada orang tuanya, dia akan sangat benci kesalahan. Maka hilang satu lagi anak cerdas di muka bumi ini.
Jadi sadarkah kita jika anak kita sangat cerdas dengan rasa ingin tahunya?
Sumber : prodigy school